WASPADAI BULLYING DI SEKOLAH
Dengan tetap menaruh hormat yang
sedalam-dalamnya, kami ingin mengingatkan kepada Bapak Kepala SDN Babarsari
untuk mencermati kemungkinan tumbuhnya tindakan “bullying” baik itu dilakukan
oleh guru maupun para siswa di sekolah
kita. Bapak Kepala sekolah tentu tahu betul bahwa bullying adalah istilah yang
oleh banyak orang digunakan untuk menunjuk suatu tindakan kekerasan baik itu bersifat psikologis maupun
fisik dengan menggunakan kekuatan atau kekuasaan untuk menyakiti atau mengancam
pihak yang lebih lemah oleh pelaku yang mempersepsikan diri sebagai yang kuat
atau kuasa.
Pengalaman
menunjukkan bullying telah banyak
terjadi di berbagai lingkungan pendidikan mulai dari tingkat SD sampai
Perguruan Tinggi yang bukan saja akhirnya menodai citra baik sekolah atau
Perguruan Tinggi itu sendiri, tetapi
juga menghambat proses pembentukan karakter anak didik yang akhir-akhir ini
justru sedang digalakan setelah begitu banyak kekerasan dan tindakan tak
bermoral dan beretika terjadi di mana-mana.
Karena itu dengan tetap menghargai
integritas para guru kami ingin menyampaikan kepada Kepala Sekolah suatu ucapan
seorang guru terhadap para siswa dengan
kata-kata “bajingan”. Kendati kata-kata ini diucapkan dalam rangka pendidikan
anak, akan tetapi kami menyakini penggunaan kata-kata ini kurang etis secara kultural
bahkan memberikan makna atas tindakan
para siswa sebagai tindakan berkategori jahat atau mereka adalah penjahat,
karena pengertian jawa bajingan adalah
penjahat. Kami tidak menempatkan siapa salah, siapa benar berkaitan dengan
mengapa kata “bajingan” ini diucapkan, tetapi adalah penting untuk diingat hal
semacam ini bisa menjadi benih bullying yang amat merugikan banyak pihak.
Kiranya sudah tiba saatnya berbagai pihak terutama para guru dan kepala sekolah
secara bersama-sama menjaga agar hal semacam itu tidak lagi terjadi di
lingkungan sekolah kita yang sama-sama kita cintai ini.
Akhir kata seraya mohon maaf kami ingin mengingatkan kembali tujuan pendidikan bukan hanya meningkatkan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang produknya adalah manusia yang rasioal,
kritis dan terbuka, tetapi juga seretak pula menanamkan nilai-nilai moral, iman
dan etika yang produknya adalah manusia yang berkarakter, berbudi luhur dan
bertaqwa. Dalam konteks ini maka peran pendidik menjadi peting sebagai aktor
yang menjembadani proses transfer ilmu pengetahuan dan teknologi kepada
anak-anak tetapi sekaligus dalam penanaman nilai-nilai luhur ia menjadi suri
teladan, contoh hidup yang dapat diikuti oleh anak didik ( being an example)